POPULAR POST

PANDUAN WISATA KE PULAU BAWEAN LENGKAP - TRAVEL BOOK 2023

Gambar
PULAU BAWEAN KABUPATEN GRESIK Panduan tour explore wisata Pulau Bawean Kabupaten Gresik yang terdapat pada halaman ini, Kami suguhkan berdasarkan pengalaman kami dalam menyediakan jasa perjalanan dan paket trip wisata murah   ke Pulau Bawean  Panduan wisata singkat dan lengkap ini juga kami susun berdasarkan pengalaman kami sebagai salah satu pelaku pariwisata yang berlokasi di Pulau Bawean   Gresik spesialis pelayanan jasa paket liburan ke destestinasi wisata populer di Ba wean. "ONE'S DESTINATION IS NEVER A PLACE, BUT A NEW WAY OF SEEING THINGS"  HENRY MULLER Travel Book Bawean Isle 2023 ini juga diperuntukkan se bagai tourist information and guidance para wisatawan untuk mencari referensi berwisata alias nge trip ke tujuan wisata populer di Pulau Bawean Gresik Jawa Timur. Bawean Trip Guide Office  Artikel singkat panduan wisata ke pulau Bawean ini diharapkan bisa membantu anda yang sedang mencari referensi travelling tujuan wisata tentang

wisata religi dan budaya bawean

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Bawean 

Salah satu tradisi suku Bawean yang exist sampai saat ini adalah Molot. Perlu ane sampaikan disini bahwa seluruh orang Bawean 100% Muslim. So, seluruh Umat muslim pasti paham dengan Maulid Nabi tapi ada yang unik di Bawean. Orang Bawean dari anak-anak sampai aki aki pasti kenal tentang Molod Bawean. 
budaya molod bawean
Seorang Yachter dengan Molot Cepu nya
Yuk kita baca seperti apa tradisi Maulid Nabi (Molod) oleh suku Bawean. 

Fathin Motel
Molod Versi Bawean 

Maulid Nabi yang di-bahasa Bawean-kan menjadi “molod” (red: bukan colok atau mulut) merupakan suatu bentuk kegiatan perayaan rutinitas tahunan yang bertujuan memperingati hari kelahiran Nabi bergelar Sayyidul Basyar (penghulu para nabi) yakni Nabi Muhammad SAW. 
Kegemparan dan kemeriahan dalam memperingati kelahiran Nabi mendapat tempat teratas di hati masyarakat Pulau Bawean. Tiada terukur dengan apapun semangat dan kerelaan masyarakatnya yang merayakan dengan caranya yang banyak menyita biaya per-”angkatan” atau per-’bherkatan” (red: hidangan atau sesajen jumbo) dengan segala asesoris dan dandanan yang unik dan eksotik. Tentu hidangan dan sesajen itu bukan untuk dipersembahkan kepada roh atau demit, melainkan untuk di-gasak atau disantap bersama keluarga dalam luapan hari kegembiraan yang tiada tara atas lahirnya Nabi Muhammad Rasulullah SAW. 

Tradisi Molod Bawean perlu dilestarikan 

Angkatan Molod kekinian

Molod kekinian
Tradisi Molot sudah menjadi tradisi di Bawean bahwa bulan Rabiul awal adalah bulan yang dikhususkan untuk memperingati hari kelahiran manusia agung Nabi Muhammad SAW. Orang Bawean menyebutnya ” Molotan”. Banyak hal unik yang bisa kita lihat dari tradisi tersebut, salah satunya adalah tradisi membuat parcel berisi jajanan, minuman khas Bawean yang kemudian dikumpulkan di masjid atau tempat tertentu dimana peringatan maulid digelar. Parcel itu juga berisi aneka ragam makanan, minuman, baik lokal maupun regional, yang dikemas rapi diatas timba atau wadah yang sejenis. Tergantung kesepakatan panitia. Masyarakat Bawean menyebutnya “Angkaan Molot”. Sejumlah besar pemerhati sosial menganggap tradisi angkaan molotan sebagai tradisi budaya yang patut dilestarikan dan diwariskan pada generasi berikutnya, sebagai khazanah budaya lokal untuk memperkaya Budaya Nasional. Banyak upaya sudah dilakukan, baik di Bawean atau di luar pulau seperi di Gresik daratan, Batam, bahkan Malaysia dan Singapura. Menurut mereka upaya tersebut dalam rangka menggali kearifan lokal di Bawean. 

Molod bawean : pernak pernik penuh daya tarik 

molod kekinian
Salah satu tradisi yang unik penuh daya tarik yang eksotik yakni ini dengan segala pernak-pernik rupa kemunculannya perlu untuk dilembagakan dalam Badan Konservasi Budaya Nusantara. Mulai “angkatan” atau “bherkat” pelak (baca: Jawa-cuwek) dan sareng-sareng (wadah mirip parabola mini terbuat dari anyaman bambu), Tengghu (talam atau baki kuningan), bekol (baca: Wakul-Jawa) dan ceppo (baca: cepu-Jawa) , timba atau baldi, serta perabot rumah tangga mutakhir sesuka hawa nafsunya. Mungkin, masa yang akan datang “bherkat” sebagai wujud sesajen kemeriahannya akan terus mengikuti gerusan zaman Melestarikan tradisi dengan segala perspektifnya dari seluruh dimensi kehidupan perayaan maulid ini.



Gampangannya, bila preode pelak, sareng-sareng, dan tenggu dianggap merepotkan dan primitif, bisa diambil jalan tengah yakni tetapkan pada pereode bekol atau cepo yang isinya berupa nasi, lauk-pauk, telur 12 butir dicocok, makanan tradisional khas Bawean semisal rangginang dan sejenisnya ditambah buah pada musimnya plus dengan tongghul bunga kedut. Sebagai wujud keperdulian dan usaha memelihara perasaan “eman budaya atau tradisi” yang akan lenyap ditelan masa. Secara filosofi “angkatan” atau “bherkat” dengan segala “papasangan”-nya berupa makanan tradisional, telur, lauk pauk-ayam dengan masak merahnya khas Bawean, beraneka buah hasil panen lokal, serta tongghul (baca: Tunggul-Jawa) menancap kuat di tengah bakul penuh dengan makna. Semisal makanan tradisonal yang selalu disertakan berupa rengginang atau “rangghinang” yang secara etimologis berasal dari bahasa Arab rai yang artinya “ngerokso” atau “meraksa” atau mengurus dan kata dinan berarti agama. Pemasangan jenis makanan khas itu perlambang usaha mengurus kelangsungan agama. Tusuk telur berbaris melingkar di tepi bakul sejumlah 12 (dua belas) melambangkan tanggal kelahiran Nabi Muhammad sebagai penopang ingatan terhadap hari kelahiran beliau. (SGY)

Komentar